بسم الله الرحمن الرحيم
'Aqidah Islam (3)
Makna Beriman Kepada Malaikat, Kitab dan Para Nabi
4- الإيمان بالملائكة الكرام إجمالا, واما تفصيلا فبما صح به الدليل من أسمائهم وصفاتهم وأعمالهم بحسب علم المكلف
5- الإيمان بالكتب المنزلة جميعها وأن القران الكريم أفضلها وناسخها وأن ما قبله طرأ عليه التحريف وأنه لذلك يجب اتباعه دون ما سبقه.
6- الإيمان بأنبياء الله ورسله صلوات الله وسلامه عليهم وأنهم أفضل ممن سواهم من البشر ومن زعم غير ذلك فقد كفر. وما صح فيه الدليل بعينه منهم وجب الإيمان به معينا ويجب الإيمان بسائرهم أجمالا وأن محمدا صلى الله عليه وسلم أفضلهم واخرهم و أن الله أرسله للناس جميعا
7- الإيمان بانقطاع الوحي بعد محمد صلى الله عليه وسلم وأنه خاتم الأنبياء والمرسلين, ومن اعتقد خلاف ذلك كفر
4. Beriman kepada para malaikat yang mulia secara ijmal (garis besar). Adapun secara tafshil (rinci), maka berdasarkan dalil yang shahih yang menerangkan nama, sifat dan tugas mereka sesuai pengetahuan yang dimiliki oleh seorang mukllaf (orang yang sudah baligh).
5. Beriman kepada semua kitab yang diturunkan, dan bahwa Al Qur'anul karim adalah kitab yang paling utama serta menaskh (menghapus) kitab-kitab sebelumnya, dan bawa kitab-kitab sebelumnya telah dimasuki oleh tahrif (perobahan). Oleh karena itu, yang wajib kita ikuti adalah kitab Al Qur'an saja, tidak kitab-kitab sebelumnya..
6. Beriman kepada para nabi Allah dan para rasul-Nya –semoga shalawat Allah dan salam-Nya terlimpah kepada mereka-, dan bahwa mereka lebih utama dari semua manusia. Barangsiapa yang meyakini selain itu, maka dia kafir. Dalil shahih yang menyebutkan secara rinci tentang salah seorang di antara mereka, juga wajib diimani secara rinci pula. Kita juga wajib beriman kepada semua rasul secara ijmal (garis besar), dan bahwa Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah yang paling utama dan terakhir (tidak ada lagi nabi setelahnya) di antara mereka. Allah telah mengutusnya kepada semua manusia.
7. Beriman bahwa wahyu telah terputus setelah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, dan bahwa Beliau adalah penutup para nabi dan rasul. Barang siapa yang meyakini selain ini, maka dia kafir.
Penjelasan:
No. 4: Malaikat adalah makhluk Allah yang berada di alam ghaib yang senantiasa beribadah kepada Allah. Mereka tidak memiliki sifat-sifat ketuhanan dan tidak berhak disembah. Allah Subhaanahu wa Ta'aala menciptakan mereka dari cahaya dan mengaruniakan kepada mereka sikap selalu tunduk kepada perintah-Nya serta diberikan kesanggupan untuk menjalankan perintah-Nya.
Jumlah mereka sangat banyak, tidak ada yang dapat menghitungnya selain Allah. Dalam hadits tentang Israa’-Mi’raj Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
فَرُفِعَ لِيَ الْبَيْتُ الْمَعْمُورُ فَسَأَلْتُ جِبْرِيلَ فَقَالَ هَذَا الْبَيْتُ الْمَعْمُورُ يُصَلِّي فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ إِذَا خَرَجُوا لَمْ يَعُودُوا إِلَيْهِ آخِرَ مَا عَلَيْهِمْ
“Lalu ditampakkan kepadaku Al Baitul Ma’mur. Aku pun bertanya kepada Jibril (tentangnya), maka ia menjawab, “Ini adalah Al Baitul Ma’mur. Setiap hari, 70.000 malaikat shalat di situ, setelah keluar mereka tidak kembali lagi sebagai kewajiban terakhir mereka.” (HR. Bukhari)
Termasuk beriman kepada malaikat adalah mengimani wujud mereka, mengimani mereka baik secara ijmal maupun tafshil.
Secara ijmal adalah mengimani bahwa Allah memiliki malaikat dalam jumlah banyak yang senantiasa beribadah kepada Allah, selalu tunduk kepada perintah-Nya dan mampu menjalankannya. Adapun secara tafshil sebagaimana telah diterangkan di atas, yaitu mengimani semua dalil yang menerangkan lebih rinci tentang malaikat seperti menerangkan namanya, sifatnya, tugasnya dsb sesuai tingkatan ilmu yang diperoleh oleh mukallaf (setiap muslim yang sudah baligh). Contoh tentang namanya adalah malaikat Jibril, Mikail, Israfil< Munkar, Nakir, Malik dsb. Contoh tentang sifatnya adalah sifat malaikat Jibril. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah melihatnya dalam wujud aslinya, di mana ia memiliki 600 sayap (HR. Bukhari), masing-masing sayap menutupi ufuk (HR. Ahmad). Sedangkan contoh tugas mereka adalah sbb:
1. Malaikat Jibril ditugaskan menyampaikan wahyu.
2. Malaikat Mikail ditugaskan mengurus hujan dan tumbuh-tumbuhan.
3. Malaikat Israfil ditugaskan meniup sangkakala.
4. Malaikat maut ditugaskan mencabut nyawa.
5. Malaikat yang ditugaskan menjaga surga dan neraka.
6. Malaikat yang ditugaskan meniup ruh pada janin dan mencatat rizki, ajal, amal dan apakah ia sebagai orang yang celaka atau bahagia.
7. Para malaikat yang ditugaskan menjaga dan menulis amal perbuatan manusia. Setiap manusia dijaga oleh dua malaikat, yang satu berada di sebelah kanan, dan yang satu lagi berada di sebelah kiri.
8. Para malaikat yang ditugaskan menanyakan mayit di dalam kuburnya. Seorang mayit akan ditanya tentang Tuhannya, agamanya dan nabinya.
No. 5: Allah Subhaanahu wa Ta'aala menurunkan kitab-kitab-Nya kepada para rasul-Nya sebagai rahmat dan hidayah bagi manusia agar mereka memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Kitab-kitab tersebut adalah firman Allah yang diwahyukan kepada para rasul-Nya agar mereka menyampaikan kepada manusia syari’at-Nya. Firman Allah bukanlah makhluk karena firman termasuk sifat-sifat-Nya sedangkan sifat-sifat-Nya bukanlah makhluk.
Termasuk beriman kepada kitab-kitab Allah adalah:
1. Beriman bahwa kitab-kitab itu turun dari sisi Allah.
2. Beriman kepada kitab-kitab Allah tersebut baik secara tafshil (rinci) maupun ijmal (garis besar). Secara tafshil maksudnya kita mengimani penjelasan Al Qur’an dan As Sunnah yang menyebutkan tentang kitab-kitab Allah tersebut secara rinci seperti namanya adalah kitab ini dan diberikan kepada nabi yang bernama ini dsb. Sedangkan secara ijmal maksudnya kita mengimani bahwa Allah telah menurunkan kitab-kitab kepada rasul-rasul-Nya meskipun tidak disebutkan namanya.
3. Membenarkan berita yang ada dalam kitab tersebut yang masih murni (belum dirubah) seperti berita Al Qur’an dan berita kitab-kitab yang belum dirubah.
Kita katakan “yang masih murni” karena kitab-kitab selain Al Qur’an tidak dijaga kemurniannya seperti halnya Al Qur’an yang dijaga kemurniannya oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Sedangkan kitab-kitab selain Al Qur’an seperti Taurat dan Injil sudah dicampuri oleh tangan-tangan manusia dengan diberikan tambahan, dirubah, dikurangi atau dihilangkan sehingga tidak murni lagi seperti keadaan ketika diturunkan. Allah berfirman,
“Yaitu orang-orang Yahudi, mereka merubah perkataan dari tempat-tempatnya.” (Terj. An Nisaa’: 46)
4. Mengamalkan hukum yang terkandung dalam kitab-kitab tersebut selama belum dihapus disertai dengan sikap ridha dan menerima, baik kita memahami hikmahnya maupun tidak. Namun setelah diturunkan Al Qur’an, maka kitab-kitab sebelumnya sudah mansukh (dihapus) tidak bisa diamalkan lagi, yang diamalkan hanya Al Qur’an saja atau hukum yang dibenarkan oleh Al Qur’an saja.
Sulaiman bin Habib pernah berkata, “Kita hanya diperintahkan beriman kepada Taurat dan Injil dan tidak diperintah mengamalkan hukum yang ada pada keduanya.”
No. 6: Rasul adalah orang yang mendapat wahyu dengan membawa syari’at yang baru, sedangkan nabi adalah orang yang diutus dengan membawa syari’at rasul yang datang sebelumnya.
Para rasul adalah manusia, mereka tidak memiliki sedikit pun sifat rububiyyah (mencipta, mengatur dan menguasai alam semesta), mereka tidak mengetahui yang ghaib, dan tidak mampu mendatangkan manfaat atau pun menolak madharrat (bahaya). Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyuruh Nabi-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam –di mana Beliau adalah pemimpin para rasul dan rasul yang paling tinggi kedudukannya- untuk mengatakan:
Katakanlah, “Aku tidak berkuasa menarik kemanfa’atan bagi diriku dan tidak pula menolak kemadharratan kecuali yang diikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku banyak memperoleh kemanfa’atan dan sedikit pun aku tidak ditimpa kemadharratan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (Al A’raaf : 188)
Termasuk beriman kepada para rasul adalah:
1. Beriman bahwa risalah mereka benar-benar dari sisi Allah. Oleh karena itu, siapa saja yang kafir kepada salah seorang rasul, maka sama saja telah kafir kepada semua rasul.
2. Mengimani para rasul baik secara imal maupun tafshil. Secara ijmal (garis besar) maksudnya kita mengimani bahwa Allah Allah telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul untuk mengajak manusia beribadah kepada-Nya meskipun tidak diberitahukan kepada kita nama dan kisahnya. Adapun secara tafshil adalah mengimani rasul yang telah diberitahukan kepada kita nama dan kisahnya.
3. Membenarkan berita mereka yang shahih.
4. Mengamalkan syari’at rasul yang diutus kepada kita. Rasul yang diutus kepada kita adalah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
Kita juga wajib beriman bahwa para rasul lebih utama dari seluruh manusia, bahkan lebih utama daripada para wali tidak seperti yang disangka oleh sebagian kaum Shufi yang mengatakan bahwa wali lebih utama daripada nabi. Bahkan yang benar adalah Rasul lebih utama daripada nabi, dan nabi lebih utama daripada wali. Demikian juga kita wajib beriman bahwa wahyu telah terputus setelah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Oleh karena itu, tidak ada lagi wahyu kepada seseorang pun setelahnya untuk menjadi nabi dan rasul. Beliau adalah penutup para nabi dan tidak ada lagi nabi setelahnya. Orang yang mengaku bahwa masih ada lagi nabi setelah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang kafir.
Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:
"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu." (Al Ahzaab: 40)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
« لِى خَمْسَةُ أَسْمَاءٍ : أَنَا مُحَمَّدٌ ، وَأَحْمَدُ ، وَأَنَا الْمَاحِى الَّذِى يَمْحُو اللَّهُ بِى الْكُفْرَ ، وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِى يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمِى ، وَأَنَا الْعَاقِبُ » .
"Aku memiliki lima nama: Aku Muhammad, Ahmad, aku Al Maahiy, di mana Allah menghapuskan kekafiran denganku, aku Al Haasyir, di mana manusia akan dikumpulkan di hadapanku dan aku adalah al 'Aqib (penutup para nabi)." (HR. Bukhari)
Beliau juga bersabda:
...وَإِنَّهُ سَيَكُوْنُ فِي أُمَّتِي كَذَّابُوْنَ ثَلاَثُوْنَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ وَاَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّيْنَ لاَ نَبِيَّ بَعْدِيْ
"Sesungguhnya akan muncul pada umatku pendusta yang jumlahnya tiga puluh. Mereka semua mengaku nabi, padahal aku adalah penutup para nabi, tidak ada lagi nabi setelahku." (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dengan sanad yang shahih, lihat Ash Shahiihah (IV/252) oleh Syaikh Al Albani).
Marwan bin Musa
Maraji’: Mujmal Ushul Ahlis Sunnah wal Jama'ah (Dr. Nashir bin Abdul Karim Al 'Aql), Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah (Ust. Yazid bin Abdul Qadir Jawas), dll.
Jumat, 03 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar