Sabtu, 04 Juli 2009

Hidup berkah, harapan kita bersama

بسم الله الرحمن الرحيم

Hidup Berkah, Harapan Kita Bersama

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد:
Seorang yang menjalani hidup di dunia sudah tentu menginginkan adanya tambahan pada waktunya, umurnya, hartanya, anaknya dan segala hal yang dicintainya. Inilah yang dinamakan berkah. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri berdoa kepada Allah Azza wa Jalla agar diberikan keberkahan dalam segala urusannya seperti dalam doa istikharah yang Beliau ajarkan kepada sahabatnya:
...اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ....
…Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa hal ini baik bagiku, agamaku, duniaku dan akibatnya, cepat atau lambat, maka taqdirkanlah dia buatku dan mudahkanlah, kemudian berikanlah keberkahan di dalamnya…(HR. Bukhari)
Berkah (dalam bahasa 'Arab disebut "Al Barakah") artinya adanya kebaikan dari sisi Allah pada sesuatu. Berkah apabila mengenai sesuatu yang sedikit akan menjadi banyak, dan apabila mengenai sesuatu yang banyak maka akan menjadikannya bermanfaat. Di antara buah berkah yang paling besarnya adalah digunakannya perkara itu untuk ketaatan kepada Allah Ta'ala.
Jika anda memperhatikan keadaan orang-orang shalih, keadaan para ulama pilihan dan keadaan para penuntut ilmu, anda akan mendapatkan keberkahan nampak dalam aktifitas mereka. Anda akan melihat waktu mereka penuh dengan ketaatan kepada Allah, bermanfaat bagi orang lain seakan-akan hari-harinya lebih panjang dari orang lain. Berbeda dengan orang yang tidak mendapatkan keberkahan, meskipun ia memiliki harta yang banyak, akan tetapi semua itu membuatnya lelah di siang hari, tidak tidur di malam hari, ketenangan jauh darinya dan hari-harinya kosong dari hal-hal yang bermanfaat buat akhiratnya, tidak bedanya ia dengan buih,
Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada harganya; sedangkan yang memberikan manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan (Terj. Ar Ra'd: 17)

Cara menggapai keberkahan
Sungguh nikmat hidup jika diberkahi Allah, namun bagaimanakah cara memperolehnya? Berikut ini beberapa cara memperoleh keberkahan:
1. Bertakwa kepada Allah
Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman,
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (terjemah Al A'raaf: 96)
Ada seseorang yang berkata kepada orang shalih, "Sesungguhnya harga barang menjadi naik! Orang yang shalih itu menjawab, "Turunkanlah dengan takwa."
2. Membaca Al Qur'an
Al Qur'an adalah kitab yang diberikan keberkahan (lih. Shaad: 29), obat penyakit hati dan badan, petunjuk dan rahmat bagi orang yang beriman. Oleh karena itu, membacanya dapat mendatangkan keberkahan.
3. Berdoa meminta keberkahan
Salah satu cara untuk menggapai keberkahan adalah dengan berdoa kepada Allah agar diberikan keberkahan, sebagaimana yang dilakukan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, di mana Beliau meminta diberikan keberkahan dalam segala urusan
4. Menjauhi sikap tamak terhadap harta dan sikap bakhil
Seorang sahabat yang bernama Hakim bin Hizam pernah berkata, “Aku pernah meminta sesuatu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu beliau memberiku, kemudian meminta lagi lalu Beliau memberiku, dan meminta lagi lalu Beliau memberiku juga. Kemudian Beliau bersabda:
يَا حَكِيمُ إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى
“Wahai Hakim, sesungguhnya harta ini hijau (indah) lagi manis. Barang siapa yang mengambilnya dengan hati yang puas maka harta itu akan diberikan keberkahan, namun barang siapa yang mengambilnya dengan hati yang tamak maka harta itu tidak akan diberikan keberkahan; perumpamaannya seperti orang yang makan tetapi tidak kenyang. Dan tangan yang di atas (memberi) lebih baik daripada tangan yang di bawah (meminta).” (HR. Bukhari)
5. Jujur dalam bermuamalah
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
« الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى بَيْعِهِمَا ، وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا » .
"Penjual dan pembeli berhak khiyar (meneruskan atau membatalkan jual-beli) selama belum berpisah. Jika keduanya jujur dan menjelaskan apa adanya maka akan diberikan keberkahan dalam jual-belinya, namun jika keduanya menyembunyikan keadaan sebenarnya dan berdusta, maka akan dicabut keberkahan jual-belinya." (HR. Bukhari)
6. Memulai aktivitas di pagi hari.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berdoa,
اَللّهُمَّ بَارِكْ لِأُمَّتِيْ فِي بُكُرْرِهَا
"Ya Allah, berikanlah keberkahan kepada umatku di pagi harinya." (Shahih Ibnu Majah: 1818)
7. Mengikuti Sunnah dalam segala urusan,
Misalnya mempraktekkan adab-adab makan, seperti makan dengan mendahulukan bagian pinggirnya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
كُلوُاْ مِنْ جَوَانِبِهَا وَلاَ تَأْكُلُوْا مِنْ وَسَطِهَا فَإِنَّ الْبَرَكَةَ تَنْزِلُ فِيْ وَسَطِهَا
“Makanlah dari bagian pinggir, jangan dari tengahnya, karena berkah turun di tengah-tengah.” (HR. Empat orang ahli hadits, hadits ini adalah lafaz Nasa’i dan sanadnya shahih)
Jila seseorang mendapatkan berkah makanan, maka akan tercapai rasa cukup dalam makan, terjaga dari hal-hal yang kurang baik bagi badan, membantunya untuk beribadah dll.
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam juga menyuruh kita menjilati jari-jemari sehabis makan, Beliau bersabda:
اِإنَّكُمْ لاَ تَدْرُوْنَ فِي أَىِّ طَعَامِكُمُ اْلبَرَكَةَ
"Sesungguhnya kamu tidak mengetahui di bagian mana berkah pada makananmu." (HR. Muslim)
8. Bertawakkal kepada Allah
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُوْنَ عَلىَ اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُرِقْتُمْ كَمَا يُرْرَقُ الطَّيْرُ، تَغْدُوْ خِمَاصاً وَتَرُوْحُ بِطَانًا
"Jika sekiranya kamu benar-benar bertawakkal kepada Allah, tentu kamu akan diberikan rezki sebagaimana burung diberikan rezki; ia berangkat pagi dengan perut kosong dan pulang dengan perut kenyang." (HR. Tirmidzi, dan ia menghasankannya)
9. Silaturrahim (menyambung hubungan kekerabatan)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أََحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ فِي رِزْقِهِ, وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ, فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barang siapa yang ingin dilapangkan rezkinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali silaturrahim.” (HR. Bukhari(
Di antara ulama ada yang berpendapat, bahwa maksud ‘dipanjangkan umurnya’ adalah diberikan keberkahan pada umurnya sehingga ia menggunakan umurnya untuk mengerjakan ketaatan dan tidak menyia-nyiakannya.
10. Tidak meminta-minta kepada manusia
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَصَابَتْهُ فَاقَةٌ فَأَنْزَلَهَا بِالنَّاسِ لَمْ تُسَدَّ فاقَتُهُ ، وَمَنْ أَنْزَلهَاَ بِاللَّهِ ، فَيُوْشِكُ اللَّهُ لَهُ بِرِزقٍ عَاجِلٍ أَوْ آجِلِ
"Barang siapa yang tertimpa kemiskinan, lalu menghadapkannya kepada manusia (dengan meminta-minta), maka kemiskinannya tidak akan ditutupi, dan barang siapa yang menghadapkannya kepada Allah (dengan meminta kepada-Nya), maka Allah akan segera melimpahkan rezki cepat atau lambat." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, Tirmidzi berkata, "Hadits hasan.")
11. Berinfak dan bersedekah
Lihat dalilnya di surat Saba': 39.
12. Menjauhi harta haram
Lihat dalilnya di surat Al Baqarah: 276.
13. Bersyukur dan memuji Allah atas pemberian dan nikmatNya.
Lihat dalilnya di surat Ibrahim: 8.
14. Shalat fardhu.
Lihat dalilnya di surat Thaha: 132.
15. Senantiasa beristighfar
Lihat dalilnya di surat Nuh: 10-15.
16. Meluangkan waktu untuk beribadah
Dalam hadits Qudsi, Allah berfirman:
يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِي أَمْلَأُ قَلْبَكَ غِنًى وَأَمْلَأُ يَدَكَ رِزْقًا يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تُبَاعِدْ مِنِّيْ أَمْلَأُ قَلْبَكَ فَقْرًا وَأَمْلَأُ يَدَكَ شُغْلاً
"Wahai anak Adam! Sempatkanlah untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku akan memenuhi hatimu dengan kecukupan dan memenuhi tanganmu dengan rezki. Wahai anak Adam! Janganlah menjauh dari-Ku. (Jika demikian) Aku akan memenuhi hatimu dengan rasa kekurangan dan memenuhi tanganmu dengan kesibukan." (HR. Hakim, Shahih At Targhiib wat Tarhiib no. 3165)
17. Membantu penuntut ilmu syar'i.
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu pernah berkata,
كَانَ أَخَوَانِ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللّهِ صَلىَّ اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْتِي النَّبِيَّ صَلىَّ اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالآخَرُ يَحْتَرِفُ، فَشَكَا الْمُحْتَرِفُ أَخَاهُ إِلىَ أَخَاهُ إِلىَ النَّبِيِّ صَلىَّ اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: لَعَلَّكَ رُزِقَ بِهِ
"Ada dua orang bersaudara di zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, yang satu datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (untuk belajar agama), sedangkan yang satu lagi bekerja. Orang yang bekerja kemudian mengeluhkan tentang saudaranya itu kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, maka Beliau bersabda: "Boleh jadi kamu diberi rizki karena itu (membantunya)." (Shahih, HR. Tirmidzi)
18. Berbuat baik kepada kaum dhu'afa (orang-orang lemah).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
هَلْ تُنْصَرُوْنَ وَتُرْزَقُوْنَ إِلاَّ بِضُعَفَائِكُمْ
"Bukankah kamu dibela dan diberi rizki melalui kaum dhu'afa." (HR. Bukhari)
19. Hijrah (berpindah dari negeri kafir ke negeri Islam agar dapat menjalankan syi'ar-syi'ar Islam seperti shalat Jum'at, adzan, shalat 'Ied dsb).
Lih. dalilnya di surat An Nisaa': 100.

Marwan bin Musa
Maraaji': Al Barakah (Abdul Malik Al Qaasim), Riyaadhush Shaalihiin (Imam Nawawiy), Shahih At Targhib wat Tarhib (Syaikh Al Albani), Shahih Bukhari, Sunan At Tirmidzi dll.

Hadits-hadits seputar bulan Dzulhijjah

بسم الله الرحمن الرحيم
Hadits-Hadits Penting Seputar Bulan Dzulhijjah

Sebagai persiapan menghadapi bulan Dzulhijjah, berikut ini, kami sebutkan hadits-hadits yang menyebutkan amalan yang perlu dilakukan di bulan tersebut, mudah-mudahan Allah menjadikan risalah ini bermanfa'at. Allahumma aamin.

1. Keutamaan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah dan anjuran banyak beramal shalih di hari-hari itu
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيْهَا أَحَبُّ إِلىَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ - يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ - قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ ؟ قَالَ "وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ
“Tidak ada hari di mana amal shalih pada hari itu lebih dicintai Allah ‘Azza wa Jalla daripada hari-hari ini –yakni sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah- para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, tidak juga berjihad fii sabiilillah?” Beliau menjawab, “Tidak juga berjihad fii sabiilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa-raga dan hartanya, kemudian tidak bersisa lagi.” (HR. Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad)
Abu 'Utsman Al Hindiy berkata, "Mereka (yakni kaum salaf) memuliakan sepuluh hari yang tiga; sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dan sepuluh hari pertama bulan Muharram." (Lathaa'iful Ma'aarif hal. 39)
Kemudian, “Hari apakah yang lebih utama antara 10 hari pertama bulan Dzulhijjah dengan 10 hari terakhir bulan Ramadhan?” Ibnul Qayyim rahimahullah menjawab, "Malam 10 hari terakhir bulan Ramadhan lebih utama daripada malam 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, sedangkan siang hari 10 hari pertama bulan Dzulhijjah lebih utama daripada siang hari sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Dengan perincian ini kesamaran akan hilang. Yang menunjukkan demikian adalah karena malam 10 terakhir bulan Ramadhan memiliki kelebihan dengan lailatul qadrnya, di mana hal itu terjadi di malam hari, sedangkan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah memiliki kelebihan di siang harinya, karena terdapat hari nahr, hari 'Arafah dan hari tarwiyah (8 Dzulhijjah)."
Di bawah ini beberapa contoh amal shalih yang perlu dilakukan pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah:
- Melaksanakan ibadah hajji dan umrah
- Memperbanyak amalan sunat.
- Berpuasa
- Bertakbir dan berdzikr pada hari-hari tersebut.
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah radhiyallahu 'anhuma keluar ke pasar pada sepuluh hari tersebut seraya mengumandangkan takbir, lalu orang-orang mengikuti takbirnya.
- Berkurban pada hari nahar (10 Dzulhijjah) atau pada hari-hari tasyriq (11, 12 dan 13 Dzulhijjah) jika tidak sempat.
- Banyak beramal shalih seperti bersedekah, membaca Al Qur'an, birrul waalidain (berbakti kepada kedua orang tua), silaturrahim dsb. Demikian juga memenuhi kebutuhan kaum muslimin, menghibur orang yang tertimpa musibah serta membantu mereka.
- Bertaubat dari maksiat
- Melaksanakan shalat Iidul Ad-ha.
2. Yang harus dijauhi oleh orang yang hendak berkurban pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
« إِذَا رَأَيْتُمْ هِلاَلَ ذِى الْحِجَّةِ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّىَ فَلْيُمْسِكْ عَنْ شَعْرِهِ وَأَظْفَارِهِ » .
"Apabila kamu melihat hilal (bulan sabit tanda tanggal satu) bulan Dzulhijjah, dan salah seorang di antara kamu hendak berkurban, maka hendaknya ia menahan diri dengan tidak menggunting rambut dan kukunya." (HR. Muslim)
Larangan ini dikhususkan kepada orang yang hendak berkurban; tidak termasuk isteri dan anak-anaknya jika masing-masing dari mereka diikutsertakan dalam pahala kurban.
3. Perintah untuk segera berhajji bagi yang mampu
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
تَعَجَّلُوْا إِلَى الْحَجِّ - يَعْنِي الْفَرِيْضَةَ - فَإِنَّ أَحَدَكُمْ لاَ يَدْرِيْ مَا يَعْرِضُ لَهُ
"Segeralah naik hajji, -yakni hajji yang wajib-, karena salah seorang di antara kamu tidak mengetahui hal yang akan datang menimpanya." (HR. Ahmad, dihasankan oleh Al Albani dalam Irwaa'ul Ghalil 4/168)
4. Keutamaan hajji dan sikap yang harus dilakukan oleh jama'ah hajji
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
« مَنْ حَجَّ هَذَا الْبَيْتَ ، فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ ، رَجَعَ كَمَا وَلَدَتْهُ أُمُّهُ » .
"Barang siapa yang berhaji ke rumah ini, di mana ia tidak berkata-kata rafats dan tidak berbuat fasik, maka ia pulang seperti keadaan ketika dilahirkan oleh ibunya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Rafats adalah berkata-kata jorok yang menjurus ke arah jima', merayu dsb. termasuk memeluk dengan syahwat. Sedangkan maksud fasik adalah berbuat maksiat, termasuk melakukan larangan ketika ihram.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
« الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا ، وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ » .
"Umrah yang satu ke umrah selanjutnya (di waktu lain) dapat menghapuskan dosa di antara keduanya, dan hajji yang mabrur tidak ada balasan baginya selain surga." (HR. Bukhari dan Muslim)
Ciri hajji yang mabrur adalah:
Pertama, biayanya dari yang halal.
Kedua, ikhlas mengerjakannya dan mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Ketiga, menjauhi dosa dan maksiat, termasuk bid'ah dan pelanggaran.
Keempat, berakhlak mulia kepada sesama.
5. Keutamaan puasa pada hari 'Arafah
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ اْلأَنْصَارِيِّ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ ، قَالَ : ( يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالسَّنَةَ الْقَابِلَةَ )
Dari Abu Qatadah Al Anshaariy, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya tentang puasa pada hari 'Arafah (9 Dzulhijjah), Beliau menjawab, "Dapat menghapuskan dosa di tahun yang lalu dan yang akan datang." (HR. Muslim)
Anjuran puasa 'Arafah ini bagi orang yang tidak berada di 'Arafah, karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak melakukannya ketika di 'Arafah. Menurut jumhur ulama bahwa dosa yang dihapuskan adalah dosa-dosa kecil, adapun dosa-dosa besar seperti zina, memakan riba, sihir dsb. maka tidak dapat dihapuskan oleh amal shalih, bahkan harus dengan taubat yang sesungguhnya atau ditegakkan had jika ada hadnya.
6. Perintah berkurban bagi yang mampu
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا
“Barang siapa yang memiliki kemampuan, namun tidak mau berkurban, maka janganlah sekali-kali mendekati tempat shalat kami (lapangan shalat ‘Ied).” (Hadits hasan, Shahih Ibnu Majah 2532)
Berdasarkan hadits ini sebagian ulama berpendapat bahwa berkurban hukumnya wajib, namun jumhur ulama mengatakan sunnah mu'akkadah. Namun hendaknya seorang muslim tidak meninggalkannya ketika ia mampu berkurban.
7. Kurban Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
عَنْ أَنَسٍ قَالَ : ضَحَّى النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ ، ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ ، وَسَمَّى وكَبَّرَ ، وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا
Dari Anas radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkurban dengan dua ekor kambing jantan berwarna putih ada hitamnya dan bertanduk. Beliau menyembelih kedua hewan itu dengan tangannya sendiri setelah menyebut nama Allah dan bertakbir, dan Beliau menaruh kakinya di bagian sampingnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan:
 Hewan kurban jantan lebih utama dari hewan kurban betina.
 Hewan kurban bertanduk lebih utama daripada yang tidak bertanduk (Al Ajamm).
 Disyari’atkan mencari hewan kurban yang sifat dan warnanya bagus. Misalnya hewan kurban tersebut gemuk dan bagus. Yang paling bagus adalah Al Amlah yaitu yang putih polos atau ada hitamnya sedikit. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa hewan kurban Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di bagian perut, kaki dan sekitar matanya berwarna hitam (HR. Muslim).
 Bagi yang bisa menyembelih lebih utama menyembelih sendiri tanpa menyerahkan kepada orang lain.
 Mengucapkan basmalah hukumnya wajib, sedangkan ucapan takbir hukumnya sunat.
8. Banyak bertakbir pada hari 'Arafah hingga akhir hari tasyriq
عَنْ بْنِ عُمَرَ قَالَ غَدَوْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مِنْ مِنًى إِلَى عَرَفَاتٍ مِنَّا الْمُلَبِّى وَمِنَّا الْمُكَبِّرُ .
Dari Ibnu Umar ia berkata: "Kami berangkat bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dari Mina ke 'Arafah; di antara kami ada yang bertalbiyah dan ada juga yang bertakbir." (HR. Muslim)
Takbir ini dilakukan setelah shalat Subuh hari 'Arafah sampai akhir hari tasyriq. Takbir ini termasuk ke dalam dzikr mutlak (dibaca kapan dan di mana saja). Namun di antara ulama berpendapat bahwa dianjurkan juga membaca takbir ini setelah shalat, karena Ibnu Umar melakukan takbirnya ketika di Mina dalam setiap keadaan, setelah shalat, ketika di atas tempat tidur, ketika di kemah, di tempat duduknya dan di jalan-jalan. Imam Bukhari menyebutkan, "Ibnu Umar melakukan takbir di kemahnya di Mina, sehingga orang-orang yang berada dalam masjid mendengarnya, mereka pun akhirnya bertakbir, demikian juga orang-orang yang berada di pasar sehingga Mina pun bergemuruh takbir."
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, "Pendapat yang paling shahih tentang takbir yang dipegang oleh jumhur fuqaha' kaum salaf dari kalangan sahabat dan para imamnya adalah hendaknya ia bertakbir dari Subuh hari 'Arafah sampai akhir hari tasyriq setelah shalat." (Majmu' Fatawa 24/220-222)
9. Beberapa syi'ar di hari raya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَعْظَمَ اْلأَيَّامِ عِنْدَ اللهِ تَعَالَى يَوْمُ النَّحْرِ ثُمَّ يَوْمُ القَرِّ
"Sesungguhnya hari yang paling utama di sisi Allah Ta'ala adalah hari nahar (10 Dzulhijjah) kemudian hari qar (hari setelahnya)." (HR. Abu Dawud dengan isnad yang jayyid sebagaimana dikatakan oleh Al Albani dalam takhrij Al Misykaat 2/810)
Hari raya Idul Adh-ha lebih utama daripada Idul Fitri karena di hari Idul Adh-ha terdapat shalat Ied dan berkurban, dalam Idul Fitri terdapat shalat Ied dan bersedekah, sedangkan berkurban seperti yang kita ketahui lebih utama daripada bersedekah. Di samping itu, pada hari nahar berkumpul dua keutamaan; waktu dan tempat yang utama.
Di hari raya terdapat beberapa perbuatan yang sebaiknya dilakukan, yaitu:
- Keluar menuju lapangan dengan pakaian yang indah dan berhias dengan yang mubah sambil menjaharkan takbir.
- Dianjurkan melewati jalan yang berbeda antara berangkat dengan pulangnya.
- Dianjurkan pada hari raya Idul Ad-ha tidak makan kecuali setelah shalat Ied.
- Shalat 'Ied hukumnya sunnah mu'akkad, oleh karena itu sepatutnya seorang muslim mendatanginya. Bahkan di antara ulama ada yang mengatakan wajib.
- Setelah shalat 'Ied, ia berkurban, ia boleh makan daripadanya, lalu menghadiahkan kepada kerabat, tetangga dan menyedekahkannya kepada kaum fakir.
- Tidak mengapa mengucapkan selamat hari raya, mengunjungi orang tua dan kerabat, bahkan mengunjungi mereka lebih didahulukan daripada mengunjungi teman-temannya.
10. Keutamaan hari-hari tasyriq (11, 12 dan 13 Dzulhijjah)
عَنْ نُبَيْشَةَ الْهُذَلِّي قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : ( أَيَّامُ التَّشْرِيْقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ ) وَفِي رواية : ( وَذِكْرِ للهِ عَزَّ وَجَلَّ )
Dari Nubaisyah Al Hudzalliy ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Hari-hari tasyriq adalah hari makan dan minum." Dalam sebuah riwayat disebutkan "Dan dzikrullah Azzza wa Jalla." (HR. Muslim)
Perlu diketahui bahwa tidak boleh berpuasa pada hari-hari tasyriq, kecuali bagi orang yang berhajji tamattu' yang tidak memperoleh binatang hadyu. Ibnu Umar dan Aisyah berkata, "Tidak diberi keringanan pada hari tasyriq untuk berpuasa kecuali bagi orang yang tidak memperoleh hadyu." (HR. Bukhari)
Waqafat (Renungan)
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal," (Terj. Ali Imran: 190)
Ya, pada penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah, ilmu-Nya yang sempurna, hikmah-Nya yang dalam dan rahmat-Nya yang luas. Silih bergantinya malam dan siang, lama dan cepatnya waktu, panas, dingin dan sejuknya keadaan serta segala yang ada di dalamnya mengandung maslahat yang besar bagi makhluk yang tinggal di bumi. Semua itu merupakan nikmat Allah kepada mereka. Hanya orang-orang yang berakal sajalah yang mampu mengerti hikmah di balik itu.
Allah Ta'ala menjadikan malam dan siang sebagai kesempatan beramal, tahapan menuju ajal, ketika tahapan yang satu lewat, maka akan diiringi oleh tahapan selanjutnya. Siapa saja di antara mereka yang tidak sempat memperbanyak amal di malam harinya, ia bisa mengejar di siang hari. Ketika tidak sempat di siang hari, ia bisa mengejar di malam hari,
"Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. (Terj. Al Furqan: 62)
Oleh karena itu, sudah sepatutnya seorang mukmin mengambil pelajaran dari pergantian malam dan siang, karena malam dan siang membuat sesuatu yang baru menjadi bekas, mendekatkan hal yang sebelumnya jauh, memendekkan umur, membuat muda anak-anak, membuat binasa orang-orang yang tua, dan tidaklah hari berlalu kecuali membuat seseorang jauh dari dunia dan dekat dengan akhirat. Orang yang berbahagia adalah orang yang menghisab dirinya, memikirkan umurnya yang telah dihabiskan, ia pun memanfa'atkan waktunya untuk hal yang memberinya manfa'at baik di dunia maupun akhiratnya. Jika dirinya kurang memenuhi kewajiban, ia pun bertobat dan berusaha menutupinya dengan amalan sunat. Jika dirinya berbuat zhalim dengan mengerjakan larangan, ia pun berhenti sebelum ajal menjemput, dan barang siapa yang dianugerahi istiqamah oleh Allah Ta'ala, maka hendaknya ia memuji Allah serta meminta keteguhan kepada-Nya hingga akhir hayat.
Ya Allah, jadikanlah amalan terbaik kami adalah pada bagian akhirnya, umur terbaik kami adalah pada bagian akhirnya, hari terbaik kami adalah hari ketika kami bertemu dengan-Mu, Allahumma aamiin.
Marwan bin Musa
Maraaji’: Ahaadits ‘Asyri Dzil hijjah (Abdullah bin Shalih Al Fauzan), Zaadul Ma'aad dll.

Aqidah Islam (8)

بسم الله الرحمن الرحيم
'Aqidah Islam (8)

Meniti Shirat

Shirat adalah jembatan yang dibentangkan di atas neraka Jahanam. Ia sebagaimana yang dikatakan Abu Sa'id Al Khudri, "Lebih halus dari sehelai rambut dan lebih tajam dari pedang." (HR. Muslim).
Semua manusia pasti akan melewati shirat. Allah berfirman, "Dan tidak ada seorang pun dari kamu, melainkan akan mendatanginya. ..dst." (Terj. Maryam: 71)
وَيُضْرَبُ جِسْرُ جَهَنَّمَ » . قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم :« فَأَكُونُ أَوَّلَ مَنْ يُجِيزُ ، وَدُعَاءُ الرُّسُلِ يَوْمَئِذٍ : اللَّهُمَّ سَلِّمْ سَلِّمْ ، وَبِهِ كَلاَلِيبُ مِثْلُ شَوْكِ السَّعْدَانِ ، أَمَا رَأَيْتُمْ شَوْكَ السَّعْدَانِ ؟ » . قَالُوا : بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ . قَالَ :« فَإِنَّهَا مِثْلُ شَوْكِ السَّعْدَانِ ، غَيْرَ أَنَّهَا لاَ يَعْلَمُ قَدْرَعِظَمِهَا إِلاَّ اللَّهُ ، فَتَخْطَفُ النَّاسَ بِأَعْمَالِهِمْ ، مِنْهُمُ الْمُوبَقُ ، بِعَمَلِهِ وَمِنْهُمُ الْمُخَرْدَلُ ، ثُمَّ يَنْجُو ،
"Shirath pun dibentangkan di atas neraka Jahanam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Aku adalah orang yang pertama melewatinya. Ketika itu, doa para rasul adalah, "Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah." Di neraka Jahanam terdapat jeruji besi yang mirip dengan duri pohon Sa'dan. Pernahkah kamu melihat duri pohon Sa'dan?" Para sahabat menjawab, "Ya, pernah wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Jeruji itu mirip dengan duri pohon Sa'dan, hanyasaja tidak ada yang mengetahui besarnya selain Allah. Jeruji itu akan menyambar manusia sesuai dengan amal mereka. Di antara mereka ada yang celaka karena amalnya dan di antara mereka ada yang terlempar kemudian selamat ...dst" (HR. Bukhari)
Umat manusia yang melewati shirat beraneka ragam nasibnya, ada yang melewatinya laksana kilat yang menyambar, ada yang melewatinya laksana angin yang kencang, ada yang melewatinya laksana burung yang terbang, sedangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri di ujung shirat sambil berdoa, "Ya Rabbi, selamatkanlah, selamatkanlah." Hingga datanglah seseorang yang tidak mampu berjalan kecuali dengan merangkak. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
وَفِى حَافَتَىِ الصِّرَاطِ كَلاَلِيبُ مُعَلَّقَةٌ مَأْمُورَةٌ بِأَخْذِ مَنْ أُمِرَتْ بِهِ فَمَخْدُوشٌ نَاجٍ وَمَكْدُوسٌ فِى النَّارِ » . وَالَّذِى نَفْسُ أَبِى هُرَيْرَةَ بِيَدِهِ إِنَّ قَعْرَ جَهَنَّمَ لَسَبْعُونَ خَرِيفًا .
"Dan di sekitar shirat ada jeruji besi yang menggantung, di mana ia diperintahkan menyambar orang yang telah diizinkan untuk diambil. Ada yang tercakar namun selamat dan ada yang terjatuh ke dalam neraka."
Abu Hurairah berkata, "Demi Allah yang jiwa Abu Hurairah di Tangan-Nya, sesungguhnya kedalaman neraka Jahanam mencapai lama tujuh puluh tahun." (HR. Muslim)
Setelah melewati shirat
Setelah selesai melewati shirat dan tidak terjatuh ke dalam neraka Jahanam, maka diberlakukan qishas antara kaum mukmin agar mereka masuk ke dalam surga dalam keadaan sempurna dan bersih dari kesalahan. Mereka ditahan di sebuah qantharah (jembatan). Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
« إِذَا خَلَصَ الْمُؤْمِنُونَ مِنَ النَّارِ حُبِسُوا بِقَنْطَرَةٍ بَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ ، فَيَتَقَاصُّونَ مَظَالِمَ كَانَتْ بَيْنَهُمْ فِى الدُّنْيَا ، حَتَّى إِذَا نُقُّوا وَهُذِّبُوا أُذِنَ لَهُمْ بِدُخُولِ الْجَنَّةِ ، فَوَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم بِيَدِهِ لأَحَدُهُمْ بِمَسْكَنِهِ فِى الْجَنَّةِ أَدَلُّ بِمَنْزِلِهِ كَانَ فِى الدُّنْيَا » .
"Apabila kaum mukmin telah lolos dari neraka, maka mereka akan ditahan di qantharah yang terletak antara surga dan neraka. Ketika itulah, mereka saling mengqishas kezaliman yang terjadi di antara mereka di dunia. Sehingga apabila, mereka telah dibersihkan dan disucikan, maka diizinkanlah mereka memasuki surga. Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di Tangan-Nya, sungguh salah seorang di antara mereka lebih mengetahui tempat tinggalnya di surga daripada tempat tinggalnya di dunia." (HR. Bukhari)
Ada yang mengatakan, bahwa qantharah merupakan bagian ujung shirat yang dekat dengan surga, dan ada yang mengatakan bahwa qantharah adalah jembatan lain yang khusus bagi kaum mukmin, wallahu a'lam.
Surga
Surga merupakan tempat orang-orang yang bertakwa. Luasnya seluas langit dan bumi. Kenikmatan di dalamnya tidak terbayangkan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ اللَّهُ : أَعْدَدْتُ لِعِبَادِى الصَّالِحِينَ مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ ، وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ
Allah berfirman, "Aku siapkan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga dan belum pernah terlintas di hati manusia." (HR. Bukhari)
Di antara kenikmatannya adalah sbb:
- Makanannya sangat mewah dan lezat, ada buah-buahan dan daging burung yang nikmat (lih. Al Waaqi'ah: 20-21).
- Minumannya beraneka ragam, mereka dilayani oleh anak-anak muda yang tetap muda. Mereka didampingi oleh bidadari yang bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik (lih. Al Waqi'ah: 17-22)
- Penghuni surga diberi perhiasan dengan gelang-gelang emas dan mutiara, dan pakain mereka adalah sutera (lih. Fathir: 33), sedang mereka duduk bersandar di atas dipan-dipan yang indah (lih. Al Kahfi: 31).
- Tempat tidurnya tinggi, di dekatnya ada gelas-gelas yang diletakkan, bantal-bantalnya tersusun rapi dan ada permadani yang terhampar (lih. Al Ghaasyiyah: 13-16).
- Penghuninya bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutera, sedangkan buah-buahannya dapat dipetik dari dekat (lih. Ar Rahman: 54).
- Di dalamnya terdapat sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, ada pula sungai dari air susu, dari arak dan dari madu (lih. Muhammad: 15).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ فِى الْجَنَّةِ بَحْرُ الْمَاءِ وَ بَحْرُ الْعَسَلِ وَ بَحْرُ اللَّبَنِ وَ بَحْرُ الْخَمْرِ ثُمَّ تُشَقَّقُ الْأَنْهَارُ بَعْدُ
"Sesungguhnya di surga ada laut air (yang tidak berubah rasa), laut madu, laut susu dan laut arak, lalu dipencarkanlah sungai-sungai (daripadanya)." (HR. Ahmad dan Tirmidzi, Shahihul Jami' no. 2122)
- Di dalamnya terdapat pohon bidara yang tidak berduri, pohon pisang yang tersusun buahnya dan naungan yang terbentang luas serta air yang tercurah (lih. Al Waqi'ah: 27-31).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ لَشَجَرَةٌ يَسِيْرُ الرَّاكِبُ الْجَوَادُ الْمُضَمِّرُ السَّرِيْعُ فِي ظِلِّهَا مِائَةَ عَامٍ مَا يَقْطَعُهَا
"Sesungguhnya di surga terdapat pohon (besar), di mana seorang pembalap kuda yang cepat yang mengempiskan kudanya, tetap dalam naungannya, ia belum bisa melewatinya meskipun sudah seratus tahun (berlaju)."
(HR. Ahmad, Bukhari, Muslim dll, lih. Shahihul Jami' no. 2125)
- Penghuni surga tetap muda dan tidak pernah tua, tetap sehat dan tidak pernah sakit, tetap senang dan tidak pernah sedih. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
« يُنَادِى مُنَادٍ إِنَّ لَكُمْ أَنْ تَصِحُّوا فَلاَ تَسْقَمُوا أَبَدًا وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَحْيَوْا فَلاَ تَمُوتُوا أَبَدًا وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَشِبُّوا فَلاَ تَهْرَمُوا أَبَدًا وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَنْعَمُوا فَلاَ تَبْتَئِسُوا أَبَدًا » .
"Akan ada yang menyeru (kepada penghuni surga), "Sesungguhnya kamu akan sehat dan tidak akan sakit selama-lamanya. Kamu akan hidup dan tidak akan mati selama-lamanya. Kamu akan muda dan tidak akan tua selama-lamanya dan kamu akan senang dan tidak akan sengsara selama-lamanya." (HR. Muslim)
Marwan bin Musa
Maraji’: Syarh 'Aqidah Wasithiyyah (Syaikh Shalih Al Fauzan), Tafsir Al Baghawi (Imam Al Baghawi), Tafsir Ibnu Katsir (Imam Ibnu Katsir) Rintangan setelah kematian (Ust. Zainal Abidin), dll.

Aqidah Islam (7)

بسم الله الرحمن الرحيم
'Aqidah Islam (7)

Hari Pengadilan

Di padang mahsyar, saat manusia merasakan derita yang begitu berat, matahari didekatkan kepada mereka dengan jarak satu mil, sehingga mengucurlah keringat mereka. Mereka pun mendatangi para nabi ulul 'azmi, meminta syafa'atnya (agar mau berbicara dengan Allah), namun masing-masing mereka tidak menyanggupinya hingga akhirnya permintaan itu ditujukan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, maka Beliau menyanggupinya. Beliau pun datang.menghadap Allah, meminta kepada-Nya untuk datang memberikan keputusan,
"Dan datanglah Tuhanmu; sedang Malaikat berbaris-baris--Pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu sadarlah manusia, namun tidak berguna lagi kesadaran itu baginya." (Terj. Al Fajr: 22-23)
Neraka Jahannam didatangkan dengan ditarik oleh para malaikat dalam jumlah yang sangat banyak, karena berat dan besarnya neraka Jahannam.
Ketika itu, semua cahaya yang ada sirna, matahari digulung, bulan diredupkan cahayanya, kemudian keduanya dikumpulkan dan dijatuhkan ke dalam neraka yang begitu besar dan dalam, sedang manusia dalam kegelapan, maka bersinarlah bumi dengan cahaya Allah,
"Dan terang benderanglah bumi (padang Mahsyar) dengan cahaya Tuhannya, dan buku (catatan amal masing-masing) diberikan (kepada masing-masing), nabi-nabi dan saksi pun dihadirkan…dst." (Terj. Az Zumar: 69)
Masing-masing manusia dipanggil namanya di hadapan orang banyak untuk menghadap Allah. Ketika itu, manusia didekatkan oleh malaikat ke tempat hisab. Pada saat itu, semua pandangan makhluk tertuju kepadanya, hati orang yang dipanggil itu berdebar, jantungnya berdetak kencang dan keadaan menjadi tegang saat dirinya mengetahui di mana tempat yang ditentukan untuknya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak ada seorang pun di antara kamu, kecuali akan diajak bicara oleh Allah, tidak ada antara dia dengan Allah seorang penerjemah. Dia melihat ke sebelah kanannya, maka tidak dilihatnya selain amal yang dikerjakannya. Dia melihat sebelah kirinya, maka tidak dilihatnya selain amal yang dikerjakannya. Dia pun melihat ke depannya, ternyata yang dilihatnya adalah neraka, maka jagalah dirimu dari neraka meskipun dengan menginfakkan separuh kurma.” (HR. Muslim)
Sementara manusia yang pertama kali dipanggil adalah Nabi Adam 'alaihis salam dengan tujuan untuk memisahkan antara calon penghuni surga dan calon penghuni neraka. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Manusia yang pertama dipanggil pada hari kiamat adalah Adam. Ketika itu, anak cucunya berusaha melihatnya. Lalu dikatakan, "Inilah bapak kalian, Adam." Adam berkata, "Saya sambut panggilanmu dengan senang hati" yang memanggil tadi berkata, "Tampilkanlah rombongan penghuni Jahannam dari kalangan anak cucumu!" Adam bertanya, "Ya Rabbi, berapa orang yang harus saya tampilkan?" Allah berfirman, "Tampilkanlah sembilan puluh sembilan orang dari seratus orang!" lalu para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, jika Adam mengambil dari kita sembilan puluh sembilan orang dari seratus orang, siapakah di antara kita yang masih tersisa?" Beliau menjawab, "Sesungguhnya umatku dibanding umat-umat yang lain seperti sehelai bulu putih di badan sapi yang berwarna hitam." (HR. Bukhari, Shahihul Jami' no. 3583)

Nasib manusia ketika dihisab

Ketika menjalani hisab (proses pemereriksaan amal), maka manusia terbagi menjadi tiga kelompok:
Pertama, kelompok kaum mukmin yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Umat-umat terdahulu ditampakkan kepadaku, maka aku temukan seorang nabi bersama sekelompok umat, seorang nabi berjalan bersama beberapa orang, seorang nabi berjalan bersama sepuluh orang, seorang nabi berjalan bersama lima orang dan ada nabi yang berjalan sendiri. Tiba-tiba aku melihat sejumlah besar manusia. Aku pun bertanya, "Wahai Jibril! Apakah mereka ini umatku?" Jibril menjawab, "Bukan, tetapi lihatlah ke arah ufuk!" Beliau berkata, "Maka aku melihat sejumlah besar manusia." Jibril berkata, "Inilah umatmu, dan mereka yang berjalan di depan berjumlah 70.000 orang (yang akan masuk surga) tanpa hisab dan tanpa azab." Aku bertanya, "Mengapa?" Jibril menjawab,
كَانُوا لاَ يَكْتَوُونَ ، وَلاَ يَسْتَرْقُونَ ، وَلاَ يَتَطَيَّرُونَ ، وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ » .
"(Karena) mereka tidak mengobati luka mereka dengan besi panas, mereka tidak meminta diruqyah, mereka tidak bertathayyur (merasa sial dengan sesuatu) dan mereka bertawakkal kepada Tuhan mereka." (HR. Bukhari dan Muslim)
Kedua, kelompok yang dihisab dengan mudah. Merekalah orang yang diberi catatan amal dari sebelah kanannya. Kepada mereka hanya diperlihatkan catatan amal mereka, lalu dimaafkan. Merekalah yang disebutkan dalam sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berikut ini:
« إِنَّ اللَّهَ يُدْنِى الْمُؤْمِنَ فَيَضَعُ عَلَيْهِ كَنَفَهُ ، وَيَسْتُرُهُ فَيَقُولُ : أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا ؟ أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا ؟ فَيَقُولُ : نَعَمْ أَىْ رَبِّ . حَتَّى إِذَا قَرَّرَهُ بِذُنُوبِهِ وَرَأَى فِى نَفْسِهِ أَنَّهُ هَلَكَ قَالَ : سَتَرْتُهَا عَلَيْكَ فِى الدُّنْيَا ، وَأَنَا أَغْفِرُهَا لَكَ الْيَوْمَ . فَيُعْطَى كِتَابَ حَسَنَاتِهِ ، وَأَمَّا الْكَافِرُ وَالْمُنَافِقُونَ فَيَقُولُ الأَشْهَادُ هَؤُلاَءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى رَبِّهِمْ ، أَلاَ لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ » .
"Sesungguhnya Allah akan mendekatkan orang mukmin, lalu Dia meletakkan penutup-Nya dan menutupinya (dari keramaian), Dia berfirman, "Kamu kenal dosa ini? Kamu kenal dosa ini? Ia menjawab, "Ya, wahai Tuhanku" sehingga apabila ia telah mengakui dosa-dosanya dan merasakan bahwa dirinya akan binasa, Allah berfirman,"Aku telah menutupi dosamu di dunia dan Aku akan mengampuninya pada hari ini." Maka ia diberikan catatan amal kebaikannya. Sedangkan orang-orang kafir dan munafik, maka para saksi berkata (di hadapan seluruh makhluk), "Merekalah orang-orang yang mendustakan Tuhan mereka. Ingatlah! Sesungguhnya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim." (HR. Bukhari)
Ketiga, kelompok yang dihisab dengan berat, yaitu mereka yang keburukannya lebih banyak daripada kebaikannya. Merekalah orang yang diberi catatan amal dari sebelah kirinya. Allah berfirman:
"Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata, "Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini).---Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku.--Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu.-- Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku.--Telah hilang kekuasaanku dariku." (Terj. Al Haaqqah: 25-29)
Yang demikian adalah karena mereka melupakan Allah sewaktu di dunia; mereka lupa mengingat-Nya dan lupa terhadap hak-Nya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
فَوَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لاَ تُضَارُّونَ فِى رُؤْيَةِ رَبِّكُمْ إِلاَّ كَمَا تُضَارُّونَ فِى رُؤْيَةِ أَحَدِهِمَا - قَالَ - فَيَلْقَى الْعَبْدَ فَيَقُولُ أَىْ فُلْ أَلَمْ أُكْرِمْكَ وَأُسَوِّدْكَ وَأُزَوِّجْكَ وَأُسَخِّرْ لَكَ الْخَيْلَ وَالإِبِلَ وَأَذَرْكَ تَرْأَسُ وَتَرْبَعُ فَيَقُولُ بَلَى . قَالَ فَيَقُولُ أَفَظَنَنْتَ أَنَّكَ مُلاَقِىَّ فَيَقُولُ لاَ . فَيَقُولُ فَإِنِّى أَنْسَاكَ كَمَا نَسِيتَنِى .... ثُمَّ يَلْقَى الثَّالِثَ فَيَقُولُ لَهُ مِثْلَ ذَلِكَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ آمَنْتُ بِكَ وَبِكِتَابِكَ وَبِرُسُلِكَ وَصَلَّيْتُ وَصُمْتُ وَتَصَدَّقْتُ . وَيُثْنِى بِخَيْرٍ مَا اسْتَطَاعَ فَيَقُولُ هَا هُنَا إِذًا - قَالَ - ثُمَّ يُقَالُ لَهُ الآنَ نَبْعَثُ شَاهِدَنَا عَلَيْكَ . وَيَتَفَكَّرُ فِى نَفْسِهِ مَنْ ذَا الَّذِى يَشْهَدُ عَلَىَّ فَيُخْتَمُ عَلَى فِيهِ وَيُقَالُ لِفَخِذِهِ وَلَحْمِهِ وَعِظَامِهِ انْطِقِى فَتَنْطِقُ فَخِذُهُ وَلَحْمُهُ وَعِظَامُهُ بِعَمَلِهِ وَذَلِكَ لِيُعْذِرَ مِنْ نَفْسِهِ . وَذَلِكَ الْمُنَافِقُ وَذَلِكَ الَّذِى يَسْخَطُ اللَّهُ عَلَيْهِ
"Demi Allah yang jiwaku berada di Tangan-Nya, kalian tidak akan kesulitan melihat Tuhan kalian kecuali seperti sulitnya kalian melihat salah satu dari keduanya (matahari atau bulan purnama), -maksudnya tidak sulit-. Kemudian Allah bertemu dengan seorang hamba dan berkata, "Hai fulan! Bukankah Aku telah memuliakanmu, meninggikanmu, memberikan pasangan untukmu, memudahkan kamu menggunakan kuda dan unta, membiarkan kamu berkuasa dan bertindak semaumu?" Ia menjawab, "Ya." Allah berkata lagi, "Apakah kamu yakin akan bertemu dengan-Ku?" Ia menjawab, "Tidak." Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku melupakanmu sebagaimana kamu melupakan-Ku……dst. Kemudian Allah bertemu dengan orang yang ketiga dan berkata kepadanya seperti di atas. Ia pun menjawab, "Wahai Tuhanku, aku beriman kepada-Mu, kepada kitab-Mu dan kepada rasul-rasul-Mu. Aku pun shalat, berpuasa dan bersedekah" dan ia memuji dirinya dengan kebaikan semampunya. Allah berfirman, "Kalau begitu kamu tetap disini!" Lalu dikatakan kepadanya, "Sekarang Kami akan membangkitkan saksimu", ia pun berfikir dalam hati siapa yang akan menjadi saksinya, lalu mulutnya dikunci dan dikatakan kepada paha, daging dan tulang, "Berbicaralah!" maka pahanya berbicara, dagingnya berbicara dan tulangnya pun berbicara tentang amalnya. Hal itu dimaksudkan agar ia membatalkan sendiri alasannya. Itulah orang munafik dan itulah orang yang dimurkai Allah." (HR. Muslim)

Ditimbangnya amal manusia

Penimbangan amal setelah dihisab termasuk bukti keadilan Allah. Allah Azza wa Jalla berfirman:
"Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tidaklah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pasti Kami akan mendatangkan (pahala)nya…dst." (Al Anbiyaa': 47)
Barang siapa yang berat timbangan kebaikannya, maka merekalah orang-orang yang beruntung. Sebaliknya, barang siapa yang ringan timbangan kebaikannya maka rugilah dia dan ia akan masuk ke neraka (lihat Al Mu’minun: 102-103 dan Al Qaari’ah: 6-11).

Menjaga Tauhid, Dzikrullah dan berakhlak mulia merupakan sebab beratnya timbangan

Di tengah-tengah gentingnya suasana, ada seorang yang selesai dihisab di hadapan seluruh makhluk dan hendak ditimbang amalnya, lalu dibuka 99 catatan amal buruknya, masing-masing catatan amal buruk sejauh pandangan mata (karena banyaknya dosa yang dilakukan), kemudian disiapkan pula lembaran kebaikan yang di sana tertulis, “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya”, maka ketika ditimbang, catatan amal buruk menjadi ringan dan lembaran tersebut ternyata lebih berat (Sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Tirmidzi, Shahihul Jami' no. 1776).
Tidak hanya itu, ada pula amalan ringan lainnya yang memberatkan timbangan, yaitu ucapan Subhaanallah wa bihamdih, subhaanallahil 'azhiim (sebagaimana dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim). Demikian juga akhlak mulia, ia pun sama memberatkan timbangan (sebagaimana dalam hadits riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al Albani).

Marwan bin Musa
Maraji’: Mujmal Ushul Ahlis Sunnah wal Jama'ah (Dr. Nashir bin Abdul Karim Al 'Aql), Rintangan setelah kematian (Ust. Zainal Abidin), dll.

Jumat, 03 Juli 2009

Aqidah Islam (6)

بسم الله الرحمن الرحيم
'Aqidah Islam (6)

Beriman Kepada Hari Akhir
(Tentang kebangkitan dan pengumpulan makhluk di padang mahsyar)

Peristiwa ketika tiba hari kiamat

Ketika manusia sedang asyik makan, minum dan bercengkrama, bahkan wanita sedang asyik menyusui anaknya, maka muncullah goncangan dahsyat di jagat raya, bumi hancur luluh, gunung-gunung pecah berantakan, langit retak mengerikan, bintang-bintang berjatuhan, tatanan planet dan tata surya berubah tidak beraturan dan manusia bertanya-tanya, ada apa gerangan?
"Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat),--Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya,--Dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?",--Pada hari itu bumi menceritakan beritanya,-- Karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang demikian itu) kepadanya.--Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka, (Terj. Az Zalzalah: 1-6)
Goncangan itu karena kerasnya suara malaikat Israfil (yang meniup sangkakala) sehingga segala sesuatu luluh lantak dan tidak akan tenang kembali hingga bumi melempar seluruh apa saja yang berada di atasnya dari mulai gunung-gunung, pohon-pohon dan bangunan (Rintangan Setelah Kematian, hal. 91-92)
Kiamat terjadi dengan tiba-tiba ketika masing-masing manusia sibuk dengan urusannya. Allah berfirman:
"Mereka tidak menunggu kecuali kedatangan hari kiamat kepada mereka dengan tiba-tiba sedangkan mereka tidak menyadarinya." (Terj. Az Zukhruf: 66)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
وَلَتَقُومَنَّ السَّاعَةُ وَقَدْ نَشَرَ الرَّجُلاَنِ ثَوْبَهُمَا بَيْنَهُمَا ، فَلاَ يَتَبَايَعَانِهِ وَلاَ يَطْوِيَانِهِ ، وَلَتَقُومَنَّ السَّاعَةُ وَقَدِ انْصَرَفَ الرَّجُلُ بِلَبَنِ لِقْحَتِهِ فَلاَ يَطْعَمُهُ ، وَلَتَقُومَنَّ السَّاعَةُ وَهْوَ يُلِيطُ حَوْضَهُ فَلاَ يَسْقِى فِيهِ ، وَلَتَقُومَنَّ السَّاعَةُ وَقَدْ رَفَعَ أُكْلَتَهُ إِلَى فِيهِ فَلاَ يَطْعَمُهَا
"Kiamat akan tegak sementara dua orang sedang bertransaksi jual beli baju, keduanya belum sepakat dan belum melipat bajunya. Kiamat akan tegak sementara orang sedang pulang membawa susu hasil perahan hewannya, namun ia belum sempat meminumnya. Kiamat akan tegak, sementara ia sedang memperbaiki kolamnya, namun belum sempat digunakan. Kiamat akan tegak sementara seseorang sedang mengangkat suapannya, namun belum sempat dimakannya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Saat tiba hari kiamat, umat manusia panik, nampak seperti orang-orang yang mabuk padahal mereka tidak mabuk. Mereka berhamburan bagai anai-anai yang bertebaran dan gunung-gunung hancur bagai bulu yang dihambur-hamburkan, kemudian manusia mati semua.
Setelah itu, ditiup sangkakala kedua -jarak antara tiupan pertama dengan tiupan kedua empat puluh, wallahu a'lam apakah empat puluh hari, bulan atau tahun sebagaimana disabdakan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam-, maka semua makhluk hidup kembali dan apa saja yang ada dalam perut bumi muntah keluar. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:
"Dan apabila bumi diratakan,--Dan dilemparkan apa yang ada di dalamnya serta menjadi kosong, (Terj. Al Insyiqaq: 3-4)
Manusia dibangkitkan dengan berusia 33 tahun (sebagaimana dalam riwayat Muslim), dan hamba Allah yang pertama kali bangkit dan keluar dari kuburnya adalah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (sebagaimana dalam hadits riwayat Muslim).
Kemudian manusia digiring ke padang mahsyar, mereka dihimpun di bumi yang baru berwarna putih kemerah-merahan, bagaikan tepung roti yang dibakar. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
« يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى أَرْضٍ بَيْضَاءَ عَفْرَاءَ
كَقُرْصَةِ نَقِىٍّ » . قَالَ سَهْلٌ أَوْ غَيْرُهُ : لَيْسَ فِيهَا مَعْلَمٌ لأَحَدٍ .
"Manusia dikumpulkan pada hari kiamat di atas tanah putih kemerah-merahan seperti tepung roti yang bersih", Sahl atau yang lainnya berkata, "Tidak ada tanda (bangunan atau gedung) milik siapa pun." (HR. Bukhari dan Muslim)
Mereka dihimpun dalam kondisi telanjang, belum dikhitan dan tanpa mengenakan alas kaki. Mereka digiring menuju mahsyar berkelompok, ada yang berkendaraan, ada yang berjalan kaki dan ada yang berjalan telungkup di atas wajahnya.
Anas bin Malik berkata: "Ada seorang yang berkata, "Wahai Nabi Allah! Bagaimana orang kafir dihimpun dalam kondisi telungkup di atas wajahnya? Beliau menjawab, "Bukankah Dzat yang mampu membuatnya berjalan dengan kedua kaki di dunia mampu membuatnya berjalan di atas wajahnya pada hari kiamat?!" (HR. Bukhari)

Nasib manusia ketika di padang mahsyar

Manusia dibangkitkan dari alam kubur dan digiring menuju mahsyar sesuai dengan kondisi amal perbuatan pada saat mereka mati, bila mereka mati di atas kebaikan, mereka mendapat husnul khatimah dan bila mereka mati di atas keburukan, maka mereka mati di atas su'ul khatimah. Contohnya:
- Para koruptor dan penerima suap akan dikumpulkan dengan membawa barang yang dikorupsinya.
- Pemakan riba dihimpun di padang mahsyar dalam keadaan sempoyongan seperti orang gila karena kesurupan setan.
- Wanita yang meratapi kematian dibangkitkan dengan memakai pakaian dari qathiran (pelankin/ter) dan baju dari jarab (baju yang kumal dan gatal).
- Suami yang tidak adil kepada isterinya akan dibangkitkan dalam keadaan badannya mati sebelah.
- Orang-orang yang sombong dan congkak akan dihimpunkan seperti semut-semut kecil dalam bentuk manusia. Mereka diliputi kehinaan dari berbagai arah dan digiring ke penjara di neraka Jahannam yang disebut Bulas. Mereka dinaungi oleh api dan diberi minum dari perasan kotoran penghuni neraka yang bernama Thinatul Khabal.
- Orang yang biasa hidup kenyang adalah orang yang paling lapar di waktu itu.
- Para pengkhianat akan diberikan bendera pengkhianatan, dan akan dikatakan, "Inilah pengkhianatan fulan bin fulan."
- Para syuhada dihimpun dalam keadaan berlumuran darah, namun beraroma minyak kasturi.
- Orang yang meninggal dalam keadaan ihram akan dibangkitkan dalam keadaan bertalbiyah.
Lihat dalil-dalil apa yang kami sebutkan dalam buku "Rintangan Setelah Kematian" oleh Ust. Zainal 'Abidin.

Suasana di padang mahsyar

Manusia semua berdiri di hadapan Allah selama setengah hari, yang kadarnya satu hari sama dengan lima puluh ribu tahun. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
يَوْمَ يَقُوْمُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِيْنَ (المطففين 6) مِقْدَارَ نِصْفِ يَوْمٍ مِنْ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ فَيُهَوِّنُ ذَلِكَ عَلَى الْمُؤْمِنِ كَتَدَلِّي الشَّمْسِ لِلْغُرُوْبِ إِلىَ أَنْ تَغْرُبَ
"Pada hari manusia bangkit menghadap Allah Rabbul 'alamin (Al Muthaffifin: 6), selama setengah hari (dari satu hari yang kadarnya) lima puluh ribu tahun. Maka diringankan bagi orang mukmin (sehingga lamanya) seperti matahari menjelang terbenam sampai terbenam." (HR. Abu Ya'la dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahut Targhib wat Tarhib no. 3589)
Di tempat itu, manusia merasakan kesengsaraan yang amat berat, bagaimana tidak? Pada saat itu, matahari didekatkan satu mil. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
« تُدْنَى الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْخَلْقِ حَتَّى تَكُونَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيلٍ . فَيَكُونُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِى الْعَرَقِ فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى كَعْبَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى حَقْوَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا » .
"Matahari akan didekatkan dengan makhluk pada hari kiamat sehingga jaraknya satu mil. Ketika itu, manusia berkeringat sesuai dengan amalnya. Di antara mereka ada yang berkeringat sampai ke mata kaki, ada pula yang sampai ke kedua lutut, ada yang sampai ke pinggangnya dan ada yang tenggelam oleh keringatnya."
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berisyarat dengan tangannya ke mulutnya.
(HR. Muslim)
Di tengah suasana yang panas itu, ada sekelompok manusia yang beruntung dan berbahagia karena mendapat naungan Allah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Ada tujuh orang yang akan dinaungi Allah Ta’ala pada hari yang tidak ada naungan selain naungan-Nya, yaitu: Pemimpin yang ‘adil, pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah, seorang yang hatinya terikat dengan masjid, dua orang yang cinta karena Allah, berkumpul karena-Nya dan berpisah pun karena-Nya, seorang yang diajak mesum oleh wanita yang berkududukan dan cantik lalu ia mengatakan “Sesungguhnya saya takut kepada Allah”, seorang yang bersedekah lalu ia menyembunyikan sedekahnya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dikeluarkan oleh tangan kanannya dan seorang yang mengingat Allah di tempat yang sepi, lalu kedua matanya berlinangan air mata.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ada pula amalan lain yang dapat mendatangkan bantuan dan naungan Allah, yaitu: sedekah, membaca surat Al Baqarah dan Ali Imran, serta memudahkan orang yang kesulitan (lihat dalil-dalilnya dalam buku "Rintangan Setelah Kematian").
Di padang mahsyar, Allah menghardik dan mencela orang-orang kafir di hadapan seluruh makhluk, karena tindakan mereka menyekutukan Allah dengan berhala-berhala dan mengkultuskan orang shalih serta fanatik terhadap sesembahan nenek moyang mereka. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:
"Dan kamu benar-benar datang sendiri-sendiri kepada Kami sebagaimana Kami ciptakan kamu pada mulanya, dan apa yang telah Kami karuniakan kepadamu, kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia). Kami tidak melihat pemberi syafa'at besertamu yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu (bagi Allah). Sungguh, telah terputuslah (pertalian) antara kamu dan telah lenyap dari kamu apa yang dahulu kamu anggap (sebagai sekutu Allah)." (Terj. Al An'am: 94)
Lihat juga surat An Nahl: 27, Al Mu'min: 73-74 dan surat Fushshilat: 47-48.
Setelah kaum kafir mengetahui nasibnya dan kaum munafiqin dalam keadaan hina-dina, maka terjadilah dialog antar mereka di depan ahli mahsyar, sementara satu sama lain saling melempar tanggung jawab dan saling menyalahkan (kisahnya dapat dilihat di surat Qaf: 27-29, Yunus: 28-30 dan Ash Shaffat: 27-34).

Marwan bin Musa
Maraji’: Mujmal Ushul Ahlis Sunnah wal Jama'ah (Dr. Nashir bin Abdul Karim Al 'Aql), Rintangan setelah kematian (Ust. Zainal Abidin).

download ribuan kitab-kitab gratis

Berikut ini adalah alamat-alamat untuk men-download ribuan kitab-kitab berbahasa Arab, baik berupa kitab induk, kitab rujukan ataupun makalah.
http://www.sahab.net/home/index.php?site=book
http://www.ibnothaimeen.com/all/eBook.shtml
http://www.muqbel.net/files.php
http://www.binbaz.org.sa/books/list
http://www.almeshkat.net/books/index.php
http://www.waqfeya.com/index.php
http://www.almaktba.com/index.php
http://saaid.net/book/index.php
http://al-eman.com/islamlib/
http://www.ajurry.com/library.htm
http://alalbany.net/albany_books.php
http://www.afifyy.com/book.html
http://www.alfawzan.ws/alfawzan/default.aspx#1
http://www.sh-yahia.net/books.html
http://salemalajmi.com/books/index.html
http://www.otiby.net/book
http://www.njza.net/web/files.php
http://www.rabee.net/
http://www.dorar.net/
http://shamela.ws/
Sumber: Milis. 20 Maret 2009.

Fiqih Azan

بسم الله الرحمن الرحيم
Fiqih Azan

"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru) kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerahkan diri?" (Terj. Fushshilat: 33)
Aisyah radhiyallahu 'anha berkata menafsirkan ayat, "orang yang menyeru (manusia) kepada Allah ", "Ia adalah muazin. Ketika ia mengucapkan, "Hayya 'alash shalaah" maka ia sedang menyeru kepada Allah." Ibnu Umar dan Ikrimah juga menafsirkan ayat tersebut dengan muazin, meskipun ayat tersebut umum mengena pula kepada orang yang yang mengajak manusia kepada Allah (da'i).

Ta'rif (pengertian) azan
Azan secara bahasa artinya memberitahukan sesuatu. Secara istilah, azan adalah pemberitahuan tibanya waktu shalat dengan lafaz tertentu yang disyari'atkan.

Hukum azan
Azan hukumnya fardhu kifayah bagi laki-laki untuk shalat lima waktu; bukan bagi wanita. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Fa idzaa hadharatish shalaatu fal yu'adzdzin lakum ahadukum…dst." (artinya: Jika tiba waktu shalat, maka hendaknya salah seorang di antara kamu mengumandangkan azan…dst.").

Keutamaan azan
1. Sebagai orang yang paling panjang lehernya pada hari kiamat (lih. Shahih Muslim no. 387).
Tentang maksud "paling panjang lehernya" ada beberapa tafsiran, di antaranya: (a) lehernya paling panjang di antara manusia yang lain (secara hakiki), (2) sebagai orang yang paling rindu mengharap rahmat Allah, (3) sebagai orang yang mendapat banyak pahala, (4) Ketika manusia dibanjiri oleh keringat mereka sampai ada yang tenggelam oleh keringatnya, maka para muazin dipanjangkan lehernya sehingga tidak tenggelam, wallahu a'lam. (lihat pula Syarah Shahih Muslim).
2. Mengusir setan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Apabila azan dikumandangkan, maka setan akan kabur sampai buang angin agar tidak mendengar suara azan…dst." (HR. Muslim)
3. Tidak ada sesuatu pun yang mendengarkan suara azan, kecuali akan menjadi saksi untuknya. (lih. Shahih Bukhari no. 609)
4. Akan diberi ampunan sejauh terdengar suara azannya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنََ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى الصَّفِّ الْمُقَدَّمِ، وَالْمُؤَذِّنُ يُغْفَرُ لَهُ مُدَّ صَوْتِهِ، وَيُصَدِّقُهُ مَنْ سَمِعَهُ مِنْ رُطَبٍ وَيَابِسٍ وَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ صَلَّى مَعَهُ
"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada shaf terdepan. Muazin akan diampuni dosanya sejauh terdengar suaranya, akan dibenarkan oleh yang mendengarnya baik sesuatu yang basah maupun yang kering, dan ia akan memperoleh pahala seperti pahala orang yang shalat bersamanya." (HR. Ahmad dan Nasa'i, Shahih At Targhib wat Tarhib 1/99)
5. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mendoakan ampunan untuknya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
اَلْإِمَامُ ضَامِنٌ وَالْمُؤَذِّنُ مَؤْتَمَنٌ، الَلَّهُمَّ أَرْشِدِ الْأَئِمَّةَ وَاغْفِرْ لِلْمُؤَذِّنِيْنَ
"Imam adalah penjamin. Muazin adalah seorang yang diamanahi. Ya Allah, tunjukilah para imam dan ampunilah para muazin." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Khuzaimah, Shahihut Targhib 1/100)
6. Menghapuskan dosa dan memasukkan ke surga.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tuhanmu kagum kepada penggembala kambing yang berada di atas bongkahan bukit. Ia menyerukan shalat dan melakukannya. Allah Azza wa Jalla berfirman, "Lihatlah kepada hamba-Ku ini; ia melakukan azan dan iqamat, ia takut kepada-Ku. Sungguh, Aku ampuni hamba-Ku dan Aku akan memasukkannya ke surga." (HR. Abu Dawud dan Nasa'i, lih. Ash Shahihah no. 41)

Tatacara azan
Tatacara azan ada beberapa cara:
1. Menyebutkan empat kali takbir yang pertama dan mennyebutkan dua kali setelahnya, sehingga jumlahnya 15 kalimat, yaitu sbb:
Allahu akbar 4X
Asyhadu allaailaahaillAllah 2X
Asyhadu anna muhammadar rasuulullah 2X
Hayya ‘alash shalaah 2X
Hayya ‘alal falaah 2X
Allahu akbar 2X
Laailaahaillallah 1X
Tatacara seperti ini berdasarkan hadits Abdullah bin Abdi Rabbih yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, dan Tirmidzi. Tirmidzi berkata tentang hadits tersebut, "Hasan shahih."
2. Menyebutkan empat kali takbir dan mentarji’ dua kalimat syahadat (mengulang dua kalimat syahadat dengan suara keras setelah sebelumnya dengan suara rendah), sehingga jumlahnya 19 kalimat. Tatacara seperti ini berdasarkan hadits Abu Mahdzurah, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan azan kepadanya dengan jumlah 19 kalimat (HR. Lima ahli hadits, Tirmidzi berkata, "Hadits hasan shahih.")
Contoh dengan tarji' adalah mengucapkan “Asyhadu alllaailaahaillallah, asyhadu allaailaahaillallah, asyhadu anna muhammadar rasuulullah, asyhadu anna muhammadar rasuulullah" dengan suara rendah, kemudian diulangi lagi dengan suara keras.
3. Menyebutkan dua kali takbir dengan mentarji’ dua kalimat syahadat, sehingga jumlahnya 17 kalimat. yaitu sbb:
Allahu akbar 2X
Asyhadu allaailaahaillAllah 2X
Asyhadu anna muhammadar rasuulullah 2X
Lalu dua kalimat syahadat di atas ditarji’.
Hayya ‘alash shalaah 2X
Hayya ‘alal falaah 2X
Allahu akbar 2X
LaailaahaillAllah 1X
Tatacara seperti ini berdasarkan hadits Abu Mahdzurah yang diriwayatkan oleh Muslim.

Syarat azan dan muazin
Syaikh Dr. Sa'id Al Qahthani menyebutkan syarat azan sbb:
a. Lafaznya tertib (berurutan)
b. Tidak dipisah lama antara lafaz-lafaz azan.
c. Sudah masuk waktu shalat.
d. Dalam mengucapkan tidak sampai lahn (salah) yang merubah arti, seperti memanjangkan kata "akbar" menjadi "akbaaar".
e. Mengeraskan suara, yakni tidak pelan yang hanya terdengar oleh diri sendiri.
Sedangkan syarat muazin adalah sbb:
a. Dilakukan oleh seorang; tidak dua orang.
b. Muslim
c. Mumayyiz (sudah mampu membedakan atau dapat memahami pembicaraan orang lain dan menjawabnya), usianya 7 tahun ke atas.
d. Berakal
e. Laki-laki
Catatan: Namun jika wanita melakukan azan di tengah-tengah kaum wanita, maka menurut pendapat yang rajih, hal ini disyari'atkan. Inilah pendapat Imam Syafi'i, Ahmad, Ibnu Hazm dsb. tentunya tanpa pengeras suara dan bukan di tempat tinggi (seperi di menara).
f. Adil; bukan orang fasik.

Adab bagi muazin
 Dianjurkan azan dalam keadaan suci dari hadats kecil dan besar, karena azan merupakan dzikr..
 Hendaknya muazin melakukan azan karena mengharap wajah Allah, oleh karena itu hendaknya ia tidak meminta upah.
 Hendaknya muazin berdiri dan menghadap kiblat, karena mu'azzin Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika azan selalu menghadap ke kiblat.
 Hendaknya muazin ketika sampai pada kalimat “Hayya ‘alash shalaah” menoleh ke arah kanan (tanpa memutarkan badannya) dan pada kalimat “Hayya ‘alal falaah” menoleh ke arah kiri. Demikianlah yang dilakukan Bilal muazin Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
 Hendaknya muazzin memasukkan jari telunjuk ke dalam telinga, berdasarkan hadits Bilal juga.
 Disyari’atkan mencari mu'azzin yang suaranya bagus, sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memilih Abu Mahdzurah sebagai muazin karena suaranya yang bagus.
 Disyari'atkan atau disunnahkan pada saat hujan deras atau dingin sekali, baik ketika safar maupun tidak, bagi mu'azzin mengumandangkan "Shaluu fii buyuutikum" atau "Shalluu fii rihaalikum" atau "Ash Shalaatu fir rihaal" (artinya sama, yaitu: "Shalatlah di rumah-rumah kamu.") sebagai ganti "Hayya 'alash shalaah". Berdasarkan hadits Ibnu Umar, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan muazin menyerukan "Shalluu fii rihaalikum" di malam yang dingin atau malam yang sedang turun hujan ketika safar." (HR. Bukhari-Muslim)
Letak ucapannya ada tiga tempat:
a. Di dalam azan menggantikan hayya 'alash shalah. Berdasarkan hadits Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Bukhari.
b. Setelah selesai azan. Imam Nawawi berkata, "Akan tetapi, mengucapkannya setelah azan lebih baik, agar susunan azan seperti biasanya…dst."
c. Di dalam azan setelah mengucakan hayya 'alal falaah (dengan menyebut hayya 'alash shalah sebelumnya). Hal ini berdasarkan hadits seseorang yang berasal dari daerah Tsaqif, bahwa ia mendengar muazin Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di malam hari yang sedang turun hujan ketika safar mengucapkan, "Hayya 'alsh shalaah, Hayya 'alal Falah, kemudian, "Shalluu fii rihaalikum." (HR. Nasa'i)

Kekeliruan dalam azan
- Azan menggunakan radio atau kaset.
- Mengawali azan dengan bacaan-bacaan tertentu, seperti bacaan "Innallaha wa malaa'ikatahu yushalluuna 'alan nabi…dst." atau "Subhaanallah, wal hamdulillah…dst."
- Mengawali azan dengan menabuh bedug. Padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menolak memanggil manusia untuk shalat dengan cara seperti yang dilakukan oleh orang Yahudi yang memakai terompet, orang Nasrani yang memakai lonceng dan orang Majusi yang memakai api.
- Mengumandangkan azan secara duet.
- Melantunkan puji-pujian santara azan dan iqamat. Hal ini sudah tentu mengganggu orang yang sedang shalat sunat, padahal haram hukumnya mengganggu orang yang sedang shalat. Sungguh aneh, ketika anak kecil dimarahi bersuara keras di masjid ketika ada yang sedang shalat, namun orang yang melantunkan puji-pujian dibiarkan, fa innaa lilahi wa innaa ilaihi raaji'uun.
Marwan bin Musa

Maraji’: Tafsir Al Qur'anil 'Azhiim (Ibnu Katsir), Al Adzaan wal Iqamah (Dr. Sa'id Al Qahthani), Fiqhus Sunnah (Sayyid Sabiq), Syarh Shahih Muslim (Imam Nawawi), Azan, keutamaan, ketentuan dan 100 kesalahan (Abu Hazim Muhsin) dll.